Jumat, 05 April 2013

Belajar dari kesuksesan Steve Jobs

HAlo semua semoga dalam keadaan baik saja,sehat lahir maupun bathin ,seperti biasa dalam kesempatan yang baik ini saya mau share tentang belajar kesuksesan dari Steve Jobs...Kematian Legenda Teknologi “Apple”, Steve Jobs, marak dibicarakan di mana-mana.  Media massa offline dan media online gencar memberitakan Sosok legendaris tsb.
Kematian Steve Jobs yg menyedot perhatian dunia beberapa waktu lalu membuat Saya penasaran ingin tahu riwayat hidupnya. Banyak orang mengelu-elukannya dan menyebutnya sebagai seorang penemu, businessman, dan inspirator dunia modern. Produk-produk yg dihasilkan atas rancangan Steve Jobs adalah iPhone, iPod Touch, iPad, Macbook Air, dll.
Setelah Saya telurusi biografi singkatnya dari beberapa media offline dan media online, ternyata ada 3 faktor penentu kesuksesan Steve Jobs. Ketiga Faktor Penentu tsb adalah : memanfaatkan perasaan terbuang, perasaan kehilangan, dan selalu ingat mati.
Steve Jobs dengan senyum dan kaos hitam khasnya ketika masih hidup (Sumber : centroone.com)

———————-
Faktor Pertama :  Perasaan Terbuang.
Steve Jobs lahir dari rahim Mahasiswi muda yg hamil di luar nikah dengan seorang lelaki yg tidak tamat SMA.  Kelahirannya tidak dikehendaki,  sehingga Ibu kandungnya berniat akan memberikan sang anak kepada Seorang Pengacara dan istrinya. Singkat kata Steve Jobs kecil diadopsi hingga pada umur 17 tahun beliau dikuliahkan.
Selama kuliah 6 bulan, Steve Jobs tidak merasa tenang hatinya karena telah menghabiskan uang tabungan orang tua angkatnya hanya agar dia bisa kuliah di Perguruan Tinggi mahal. Hanya bertahan 6 bulan, akhirnya Steve Jobs drop out dari Kampus Reed College. Namun beliau tetap bertahan di sekitar kampus selama 18 bulan dan mengambil kelas kaligrafi (kelas non formal). Steve Jobs bertahan dengan tidur di lantai asrama teman-temannya, menukarkan botol cola agar mendapatkan 5 sen untuk membeli makanan, dan berjalan sejauh 10 km seminggu sekali untuk memperoleh makanan yg baik di Candi Hare Krishna. 10 tahun kemudian,  pelajaran tentang kaligrafi telah mengilhami Steve Jobs untuk  mendesain komputer Macintosh pertama. Seni ini terus mempengaruhi karya-karya Steve Jobs berikutnya.
Perasaan terbuang telah membuat Steve Jobs rela melakukan apa saja untuk bertahan hidup dan mencari makna kehidupan.
———————-
Faktor Kedua : Perasaan Kehilangan
Ketika Apple menjadi perusahaan besar beromset $2 Milyar dengan 4000 pekerja, Steve Jobs dipecat oleh CEO atas persetujuan Dewan Direksi. Kedengarannya aneh bahwa ada pendiri perusahaan yg dipecat oleh CEO nya sendiri karena perbedaan pandangan ke depan. Tapi itulah kenyataannya.  Selama beberapa bulan setelah dipecat fokus Steve Jobs hancur dan tidak tahu harus berbuat apa. Seluruh media sudah memberitakan kesalahannya. Namun ada satu hal yg beliau ingat, yaitu :  Steve Jobs masih mencintai pekerjaannya.
Karena Steve Jobs masih sangat mencintai bidangnya, maka pelan-pelan beliau bangkit kembali dan mendirikan perusahaan baru. Dalam 5 tahun kemudian berdirilah perusahaan baru “NeXT Computer dan Pixar Animation”. Pixar kemudian memulai untuk menciptakan film animasi komputer pertama, Toy Story, dan menjadi studio animasi film terbaik di dunia saat itu. Dalam kurun waktu tak terduga, Apple kemudian membeli  Perusahaan NeXT dan Steve Jobs kembali lagi ke Perusahaan Apple yg pernah dia dirikan. Teknologi yg dikembangkan di NeXT Computer kemudian menjadi jantung teknologi Apple.
Dari sini Steve Jobs sempat berujar dalam sebuah pidatonya :
“Saya yakin semua tidak akan pernah terjadi jika saya tidak dipecat oleh Apple. Ini merupakan obat mujarab yang sangat pahit, tapi setiap pasien membutuhkannya, saya pikir. Kadang-kadang kehidupan menghancurkan anda dengan amat kejam. Jangan hilang kepercayaan. Saya yakin bahwa satu hal yang bisa membuat saya bertahan adalah bahwa saya mencintai apa yang saya lakukan. Kita harus mencari apa yang sebenarnya kita cintai”.
Kehilangan telah membuat Steve Jobs merubah energi perasan negatif menjadi lebih kuat dan lebih kreatif.
———————-
Faktor Ketiga : Selalu ingat Kematian
Setiap kita pasti takut kalau bicara kematian. Namun yg pasti kematian adalah hal yg akan dialami setiap makhluk hidup. Apa yg akan kita lakukan jika Malaikat memberi tahu bahwa esok hari kita akan “dimatikan?” Tentu semua kita akan melakukan hal yg terbaik dalam hidup (best of the best). Karena kita tahu bahwa balasan kehidupan dunia kelak  adalah surga atau neraka , maka kita akan berlomba-lomba melakukan kebajikan dan amal agar mencapai surga.
Filosofi  “kematian” inilah yg dianut oleh Steve Jobs dalam melaksanakan aktivitas bisnis kreatifnya setiap hari. Selama 33 tahun setiap pagi beliau berdiri di depan cermin dan bertanya pada diri sendiri : “Jika hari ini adalah hari terakhir saya, apakah saya akan melakukan apa yang seharusnya saya lakukan?” “Dan ketika jawabannya ‘tidak’, saya tahu bahwa ada sesuatu yang harus saya rubah”.
Selanjutnya Steve Jobs berfilosofi dan bisa menjadi nasehat kita sepanjang hayat :
“Mengingat bahwa saya akan segera mati adalah alat yang sangat penting dalam membantu membuat pilihan-pilihan besar dalam hidup, oleh karena hampir segalanya– harapan, status, ketakutan, rasa malu, atau gagal-semuanya akan sirna ketika kita menghadapi kematian. Dan hanya meninggalkan apa yang benar-benar penting. Mengingat bahwa anda akan segera mati adalah jalan terbaik yang saya tahu untuk menghindari jebakan pemikiran bahwa anda memiliki sesuatu yang harus anda lepaskan. Kita semua sudah telanjang. Tidak ada alasan anda tidak mengikuti apa kata hati anda”.
Karya-karya besar Steve Jobs pada Apple mungkin tidak terlepas dari pengalaman didiagnosa dokter bakal mati dalam 3-6 bulan lagi. Suatu ketika beliau divonis dokter terserang kanker pankreas yg dia sendiri tidak tahu penyebabnya. Namun ternyata selama 8 tahun Steve Jobs masih bertahan dan tetap menghasilkan karya-karya besar pada perusahaan Apple-nya.  Produk-produk iPhone, iPod Touch, iPad, Macbook Air, dirancang dan digarap saat ia telah didiagnosa mengidap kanker pankreas.
Ada sebuah motto yg dibaca dan diterapkan Steve Jobs sejak umur 17 tahun :
“Jika kita hidup setiap hari seperti hari terakhir bagi kita, kita akan menciptakan sesuatu yang benar-benar besar akhirnya.”
Kini Steve Jobs telah tiada. Kepergiannya telah memberi pelajaran nyata pada kita-kita yg masih hidup. Bahwa selagi kita masih diberi ‘jatah hidup’, lakukanlah hal terbaik setiap hari. Sering-seringlah ingat mati agar kita melakukan hal bermanfaat dan bernilai setiap hari. Lakukanlah dengan tulus dan terus-menerus hal yg sangat kita cintai. Insya Allah setiap kita akan menghasilkan karya terbaik dengan filosofi ‘ingat mati’ tersebut.
—————–
Sejak Tanggal 24 Oktober 2011, Biografi Steve Jobs oleh Walter Isaacson telah diluncurkan di Amerika. Buku tersebut telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Mandarin di Cina dan telah terjual 1.000 kopi secara online saat peluncurannya.
Untuk edisi Bahasa Inggris, Buku Biografi Steve Jobs juga bisa dipesan via Amazon.com . Sementara untuk rekan-rekan yg menginginkan Buku Biografinya dalam Bahasa Indonesia, bisa mencari di Toko Buku atau lewat Penerbit Mizan, yang mendapatkan hak terbit buku tersebut di Indonesia.
Semoga kita bisa terinspirasi menghasilkan Karya Terbaik meskipun di tengah keterdesakan, kesempitan, bahkan dalam kepayahan sekalipun.
Intinya lakukan sesuatu yg kita cintai dengan sepenuh hati. Insya Allah kita akan menghasilkan Karya Terbaik buat umat manusia karena kita adalah Karya Terbaik dari TUHAN….!
(diolah dari berbagai sumber).
Sukses untuk Kita yg Mau Mempersembahkan Karya Terbaik,


 
 =====
yang masih belajar tentang kehidupan

0 komentar:

bisnis online